
Rasulullah SAW menyampaikan pemberitahuan tentang siapakah sosok yang beruntung, rugi, dan celaka. Ketiga sosok ini dihubungkan dengan efektifitas waktu. Manakalah seseorang beramal dengan lebih baik dari hari kemarin, ia beruntung. Jika sama, tidak lebih maupun kurang, ia rugi. Celakanya, jika lebih buruk dari sebelumnya.
Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan di dunia ini seperti perjalanan seorang musafir yang hanya berhenti sejenak di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat penjang. Permasalahan terbesar kita adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidup tidak sebanding dengan kegesitan kita dalam menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat, karena perbuatan munkar yang kita lakukan.
Seseorang yang memanfaatkan waktu dengan baik pasti melihat hasilnya, baik secara lahir maupun batin, jasmani ataupun rohani. Orang yang melewatkan banyak waktunya dengan pergi ke sawah, misalnya, akan bisa terlihat dari warna kulit, cara berpakaian, dan perilakunya sehari-hari. Begitu pula dengan orang yang mengatur waktunya dengan baik. "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud..." (QS:Al-Fath:29). Pengikut Rasulullah SAW memiliki nur (cahaya) karena rutinitas sujudnya kepada Allah SWT. Keberkahan waktu dapat kita sadari ketika waktu yang singkat ini dapat menghasilkan banyak amal.
Banyak contoh yang bisa kita jadikan sebagai panutan. Lihatlah Imam Nawawi, usianya sekitar empat puluh tahun tapi ilmunya bermanfaat hingga detik ini, jutaan umat islam mendulang keberkahan lewat torehan karya-karya beliau semasa hidupnya yang singkat itu.
Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad dalam bukunya "Risalah Al-Mu'awanah" mengatakan, "tiap hembusan nafasmu adalah permata yang tidak ternila harganya, tidak ada duanya. Jika hilang ia tak akan kembali lagi selama-lamanya". Ungkapan ini mengajak kita untuk memakmurkan waktu dengn aneka kegiatan yang berasas manfaat, sehingga tiap saat yang berlalu bernilai tambah sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Pengaturan waktu yang efektif akan membuat hidup menjadi baik dan terhindar dari kesemerawutan.
Ingatlah betapa sering kita membaca Al-Qur'an sekenanya saja agar kemudian bisa melakukan kesenangan yang tidak ada kaitannya dengan kebaikan di sisi Allah SWT. Ingatlah ketika usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri kita dari beratnya sisksa Allah SWT. Sadarilah tatkala kita tahu bahwa hembusan dan tarikan nafas kita tak lagi berimbang dengan upaya serta jihad kita untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah SWT.
Waktu kita adalah umur kita. Umur berjalan seiring dengan berlalunya waktu yang semakin berkurang dari hari ke hari, bahkan di tiap detik. Umur adalah modal kita, yang dari modal ini seharusnya kita dapat lebih memperoleh keuntungan dan daya gua. Umur yang bermanfaat akan menjadi jembatan menuju kenikmatan yang abadi.
Oleh karena itu, jangan lewatkan umur dengan sia-sia. Mari bekerja keras untuk mencari pahala, meraih rahmat dan ampunan Allah SWT sebanyak-banyaknya, mulai sekarang juga! Mari memperbanyak dzikir, sedekah, jihad, dan melakukan amal-amal shalih. Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebajikan. Semoga Allah SWT meneguhkan hati dan semangat kita untuk melakukan amal kebaikan.
(Wa-0ne : dari berbagai sumber)
Post a Comment